Badai Topan Syawali lebih dahsyat dari sepuluh badai yang ditakuti di dunia seperti badai Topan Cimaron, Andrew, Nina, Saomai, Megi, Ida, Kenna, Katrina, Cora, dan Topan Tip karena badai Topan Syawali mampu menghancurkan bangunan iman yang telah kokoh dibangun saat Ramadhan, hancur tak bersisa karena disaat yang sama para iblis dan syeithan turut menghanyutkan puing-puing kehancurannya. Syeitan dan Iblis sangatlah gembira selain bahwa borgol rantai yang menjeratnya di bulan Ramadhan telah terlepas bersama dimulainya gema takbir Syawal dan mereka juga akan menari-nari berpesta menyaksikan kembali kehancuran dan keruntuhan gedung imani. Sungguh mengerikan, karena badai topan Syawali ini sangat berbeda dengan badai-badai lainnya karena bukan saja menghancurkan yang terlihat tetapi juga dapat menghancurkan jiwa, memecah teropong keyakinan bahwa ada Allah yang mengawasi dan membalas semua kejahatan. maka nilai-nilai tatanan masyarakat yang terbentuk di Ramadhan surut melahirkan kesenjangan sosial jauh dari harapan. perhatian kepada fakir miskin sebagai esensi nilai sosial runtuh kedasar kesombongan sehingga mengakibatkan lahirlah kejahatan-kejahatan akibat luapan kesenjangan sosial. Bangunan Imani yang direnovasi dan dirawat di Ramadhan seketika runtuh kembali di terpa badai Syawali, sesuai dengan pernyataan Nabi SAW bahwa iman itu dapat naik dan menurun. tetapi yang menjadi kehawatiran adalah tatkala iman tiba dipuncaknya menggelinding turun dengan waktu yang cukup lama sebelas bulan dan naik kembali sampai saatnya nanti ramadhan berikutnya. Jika ini yang terjadi, kejahatan, kerusakan, kebohongan, dan kegaduhan akan sangat lama dirasakan berbanding satu bulan kebaikan, kemaslahatan, kejujuran dan ketenangan. situasi seperti itu mengakibatkan keberkahan menjauh dari lingkungan manusia karena keberkahan itu akan di buka Allah jika penduduk sebuah kampung beriman dan bertakwa sesuai kehendak Ramadhan dan akan tersempurnakan di Syawal dengan saling menghalalkan interaksi yang menyakitkan kehidupan sebelumnya.
Harapan bahwa Syawal sebagai penyempurna dari bangunan iman justru sebagai awal permulaan seseorang kehilangan iman dan ketakwaan melahirkan degradasi moral selama sebelas bulan. Mungkin karena itu pula beberapa riwayat hadis menganjurkan enam hari berpuasa di bulan syawal sebagai benteng dalam menghadapi topan Syawali. Kegembiraan Idul Fitri yang dipenuhi dengan kelezatan hidangan dan masakan akan membuat seseorang overload sehingga akan bermalas-malasan dan menutup mata imannya. Maka jika imannya tertutup akan berganti dengan syahwat yang mencengkram kesempatan dosa, dan itu sangat mudah dilakukan karena di bulan syawal seterusnya, dosa-dosa itu dibuka dan sangat dekat dengan keluarga melalui penanyangan televisi dan media lainnya, pintu-pintu tempat kemaksiaatan terbuka lebar menggantikan pintu-pintu tempat ibadah.
Zulkarnain Nasution
Penulis adalah Alumni Al-Azhar University Cairo Mesir
- SAROHA EDISI RE-BORN - I/03/07-2014

0 comments:
Post a Comment