Ketika itu setan mencoba untuk menggagalkan prosesi penyembelihan Ismail dan kemenangan berpihak kepada Ibrahim sehingga Allah gantikan sembelihan itu dengan seekor kibas sebagai balasan komitmen Ibrahim dalam menjalankan perintah. Komitmen Ibrahin yang disimbolkan dengan melontar tiang-tiang jumrah sebagai bentuk penaklukan kepada setan dan hawa nafsu terwujud dalam prosesi ritual haji. Hal yang sama diharapkan kepada para jemaah haji bahwa sekembalinya ke tanah air untuk selalu berkomitmen dalam menerapkan nilai-nilai Islam sebagai konsekuensi logis dari aplikasi haji itu sendiri. Dan selalu menurunkan tensi hawa nasfsunya dalam mengejar duniawi yang berorientasi profit duniawi semata.
Jemaah haji harus mampu menjadi motivator bagi keberadaan agama tanpa mengesampingkan dua dimensi kehidupan. Dunia dan Akhirat harus selalu berdampingan dalam orientasi hidup kedepan. Guna memberi paham kepada masyarakat bahwa mengejar kesuksesan dunia bukan berarti harus meninggalkan "Tuhan" tetapi justru kesuksesan dunia dibutuhkan sebagai manifestasi kehidupan akhirat itu sendiri jika keduanya dilakukan beriringan sesuai petunjuk Tuhannya. "Maka di antara manusia ada orang yang berdo'a: Ya tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia" dan tiadalah baginya meminta bahagian kebahagian akhirat" (QS. al-Baqarah 2; 200). Diriwayatkan bahwa salah satu suku arab ketika berhaji dalam doanya tidak menyebut-nyebut urusan akhirat sama sekali malah cenderung memintak hanya yang berkaitan dengan urusan duniawi. seperti: Ya Allah, semoga Allah menjadikan tahun ini, tahun yang banyak hujannya, tahun makmur yang membawa kemajuan dan kebaikan.
Masyarakat yang tinggal di sekitar jemaah haji harus dapat dipahamkan bahwa kenikmatan yang dinikmati dalam hari-harinya adalah mutlak pemberian Allah semata dan untuk mendapatkan kenikmatan yang proporsional hanya akan di dapat bagi seseorang yang komitmen dalam menjalankannya. Apabila seseorang berkomitmen hanya mengejar dunia belaka maka itu juga Allah akan berikan, akan tetapi tidak memberikan aura positif bagi keberlanjutan sosial masyarakatnya. dikarenakan komitmen itu akan bias memancar di luar koridor kebaikan dan nilai universal dalam struktur sosial. Dan akan membentuk kepribadian buas tanpa batas yang melangkahi hak-hak orang lain.
Pola keselarasan yang dibangun nabi Ibrahim menunjukkan bagi jemaah haji bahwa sebuah komitmen dibutuhkan kesabaran tingkat tinggi kendatipun berat untuk dilakukan. Di mana setan-setan terus menggoda untuk selalu menjauh dari perintah agama, curang dalam berbisnis, memanfaatkan kekuasaan dalam memperkaya diri sendiri, menjauhkan diri dari keadilan karena penilaian subyektif dan lain-lain. Maka Ibrahim lebih memilih bersabar dari itu semua demi sebuah jalan kesuksesan menuju pintu kebahagian yang langsung Allah berikan. Karena kebahagian yang di dapat tanpa melanggar agama, itu akan sepi dari hujatan dan makian masyarakat yang membuat dirinya terhina tetapi justeru akan memberi manfaat bagi keluarga dan lingkungan masyarakatnya. "Dan di antara mereka ada yang berdoa: Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka" (QS. al-Baqarah 2; 201).
Seharusnya bagi bangsa besar seperti Indonesia selayaknya akan menemukan banyak orang-orang yang berkomitmen dalam perintah agamanya yang mengajarkan nilai-nilai universal seperti keadilan, kebersamaan, permusyawaratan, kesabaran, keikhlasan, dan kejujuran dikarenakan hampir 200.000 orang setiap tahunnya di cetak untuk menjadi penerus Ibrahim dilingkungannya. Namun dapat disaksikan saat ini, jiwa-jiwa itu ditarik oleh setan-setan hawa nafsu yang menggugurkan imannya bersama gugurunya batu-batu kerikil yang dilontarkannya di Mina. Keadaan ini dapat terlihat pada kemelut korupsi yang dilakukan oknum di negara ini, dimana menurut data KPK sepanjang 2004 sd. maret 2014 ada 402 orang yang terjerat korupsi. Mereka berasal dari beragam profesi. Jika menilik pada data Kementerian Dalam Negeri yang dirilis awal 2014, terdapat 318 kepala daerah yang terjerat korupsi. Baik yang ditangani KPK, Kejaksaan, maupun Polri. Adapun jumlah uang yang di korupsi tiap tahunnya ini dapat mengatasi isu kelaparan dunia 80 kali. Dan uang yang di curi dari publik juga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan, mengangkat masyarakat dari kemiskinan dan lain sebagainya.
Secara mental ada kerusakan yang serius, yaitu hilangnya kejujuran dan dipisahkannya ketertautan antara apa yang diperbuat di dunia ini dengan kesadaran terhadap negeri akhirat. Dengan absennya kejujuran maka yang menggantikannya adalah kedustaan. Bermula dari dusta antar personal kemudian berkembang menjadi kedustaan publik bahkan bisa merambah jadi kedustaan institusional. Kalau sudah begitu, tidak ada lagi orang yang mau mengakui kesalahan malah justeru menyalahkan pihak lain, dan ujung-ujungnya mengorbankan pihak lain demi membela akuisme personal atau egoisme lembaga. Pada alur ini cara-cara rekayasa, penjebakan, pengerdilan dan boleh jadi kriminalisasi menjadi pilihan yang dijalani.
Untuk menghindari hal-hal negatif tersebut, maka sangat diharapkan dari prosesi historis Mina tersebut mampu melahirkan para jemaah haji yang tidak mudah putus asa dalam mngaktualisasikan nilai-nilai agama dalam hidupnya karena kesadaran bahwa dunia dan ahirat tidak dapat terpisahkan. Cengkeraman tangan Allah ada didalam perjalanan hidup manusia itu sendiri walaupun pada kenyataannya setan-setan itupun selalu terus menghampiri. Yang harus terus diingat bahwa setan-setan itupun merupakan utusan Tuhan untuk mengukur tingkat kesabaran manusia dalam meyakini keberadaan Tuhan sebagai pembuka pintu kemuliaan dan kebahagiaan.
Zulkarnain Nasution
Penulis adalah Alumni Al-Azhar University Cairo Mesir


0 comments:
Post a Comment