24 October 2014

Silaturahmi Bangun Interaksi Sosial

Silaturahmi dikenal di semua agama. Namun, kemungkinan di tiap-tiap agama, makna dan filosofinya berbeda-beda. “Islam sangat menganjurkan silaturahmi,” ungkap H. Zulkarnain Nasution, Lc., Ketua Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah.

Hal ini mengacu pada surat (QS An-nisa)  4: 1 yang berbunyi “Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) namaNya kamu saling meminta satu sama lain, dan (pelihara) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”.

 Dari QS An-nisa tersebut, Zulkarnain menarik kesimpulan bahwa manusia tercipta dari satu sumber, dan karenanya harus saling merajut hubungan. Nabi Muhammad pun menganjurkan hal yang sama. Sementara, dari konsep Hadis Nabi dikatakan, jika memutuskan silaturahmi sama dengan tidak beriman dengan Allah. “Jadi, silaturahmi ini penting kaitannya dengan iman,” tegas Sekretaris Forum Ukhwah Islamiyah, Bali ini.

Secara etimologi, silahturahmi berasal dari dua kosakata, “silah” dan “rahmi”. Kata “silah” berasal dari kata kerja “wasala” yang kemudian menjadi “yasilu”, dan berubah menjadi kata benda “silah”. Artinya, menyambung/menjalin kembali. Rahmi berasal dari kata “rahim”, yakni tempat janin, tempat asal umat dilahirkan, sebagai simbol kasih sayang. Istilah silaturahmi (bahasa Arab), di Indonesia dibudayakan dengan menjalin kembali hubungan kekeluargaan yang senasab (seketurunan).

Dalam praktik silaturahmi, dua arah harus saling mengerti. Orang yang bersilaturahmi dan orang yang menerimanya harus sebanding. “Penerima harus memuliakan tamunya. Itu konsep yang diberikan Nabi,” tegas wakil ketua KNPI Provinsi Bali ini.

Nabi juga bercerita, bahwa manfaat silaturahmi menambah panjang umur dan menambah rezeki. Panjang umur dijelaskan Zulkarnain dalam artian, ketika silaturahmi, kita bisa bertemu keluarga atau teman, saling tersenyum, menghilangkan kekesalan,penat, bisa tertawa-tawa, apalagi disambut baik tuan rumahnya, yang dari konsep kesehatan, tentunya ini membawa dampak positif.

Manfaat lain, menambah rezeki. Dalam hal ini, rezeki bukan dalam bentuk langsung. Namun, dengan bertemu dan bertukar informasi, nantinya bisa menghasilkan uang/rezeki. Informasi paling bermanfaat. Konsep silaturahmi ini menjadi dasar membangun interaksi sosial.

Silaturahmi tak pandang waktu, dalam artian tak ada keharusan melakukannya pada waktu tertentu saja. Namun, ada kebiasaan kaum Muslim bersilaturahmi pada bulan Ramadan, bulan pengampunan dari Allah. “Pada bulan suci Ramadan, selain pengampunan dari Allah, kaum Muslim juga meminta pengampunan dari orang-orang yang selama ini diajak berhubungan. Supaya hubungan vertikal (ke Tuhan) dan horizontal (ke manusia) seimbang, diampuni Allah dan manusia,” papar Zulkarnain.

Karena itu pula, karyawan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bali ini mengatakan mengapa menjelang Idul Fitri, kaum Muslim bela-belain mudik untuk menjumpai sanak keluarga. Bersilaturahmi dan meminta maaf kepada keluarga, terutama orangtua sangatlah penting. Ini istilahnya silaturahmi mudik. Bentuknya multimanfaat, spiritual, permintaan maaf, syukur, dan minta keberkahan dari orangtua. “Karena dalam Islam, ridho orangtua merupakan ridho Allah. Inilah yang dicari mudik,” tegasnya.

Dalam bersilaturahmi langsung, biasanya ada mushafahah (bersalaman). Dengan bersalaman ini akan terasa aura positif-negatif yang mengalir, selain nilai persahabatan yang lebih terasa. Makna mushafahah, membuka kembali lembaran baru yang lama tertingal, untuk buka lembar hidup ke depannya.

Dalam silaturahmi multimakna ini, Zulkarnain ingin memutus anggapan bahwa tujuan mudik hanya mengantarkan keberhasilan kepada keluarga. Namun, yang lebih penting daripada itu adalah mudik untuk mendapatkan doa dan keberkahan dari orangtua agar hidup jadi bertambah sukses.

Jika tak memungkinkan mudik untuk bertemu langsung, bentuk silaturahmi bisa dengan mengirimkan salam, memberikan kabar, bersurat, menelepon, mengirimkan sms, video call, atau dengan media lain. Namun realitanya, banyak umat yang memaksakan bersilaturahmi dengan berhutang. “Ini sudah dalam konsep memberatkan diri, sehingga silaturahmi justru membawa beban. Buat konsep silaturahmi sesederhana mungkin. Karena, konsep silaturahmi yang sebenarnya adalah untuk mencapai kesempurnaan,” tungkasnya. –Inten Indrawati

.

0 comments:

Post a Comment